before the wind
Tuesday, August 11, 2015, August 11, 2015
Dia...
Rambut pekat sebahu
Mata yang tak bisa lepas dari buku
Menopang dagu di meja pinggir jendela
Lampu temaram diatasnya...
Dia mungkin badai paling tenang yang pernah ada.
Setidaknya begitu dari luar
Dalam pikirannya? Dia pasti awan bergemuruh, perang berkecambuk,
(atau mungkin kepingan vas bunga di lantai sebagai pelampiasan ketika mendapati pacarnya berselingkuh)
Oke, ini sedikit berlebihan.
Aku bangkit dari kursiku,
Bergerak kearahnya
Omong kosong apa ini?
Tapi kakiku tak ingin berhenti
"Hai," sapaku
Dia mendongak menatapku.
Ketika melihat mata cokelat susu itu aku tahu perang macam apa yg berkecambuk dikepalanya, disekitarnya
Pedang tidak lagi berguna, tameng entah kemana
Detik itupun aku langsung kalah
Aku tahu lututku akan hancur berkeping-keping bila jatuh seperti ini.
Labels: Once |
|